The Journey
The Journey
Karya M. Fariq
“Oh kawan, apa kamu sungguh ingin melakukan ini kepadaku”
Itu kata aku kepada seorang pemuda yang aku kenal dari selama perjalanan ini. Aku sudah menganggap dia teman yang bisa di percaya selama aku beristirahat di daerah ini. Sungguh memuakkan rasanya di perlakukan seperti ini, tapi aku harus bersabar karena setiap kejadian ini pasti hikmah di dalamnya. Mungkin itulah untuk awal dari ceritaku dan inilah kisahku dalam perjalanan aku untuk menjadi jati diri.
Awal mula
Hari yang cerah di sore hari, aku duduk termenung di tepi sungai yang mengalir deras. Aku merasakan kesedihan mendalam karena tepat 3 hari yang lalu aku kehilangan sahabat yang sudah aku anggap saudara sendiri yang bernama Alfie. Aku merasakan hampa yang mendalam yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Bagaimana tidak dari kecil hingga besar kami selalu bersama dan kami selalu menghibur diri ketika dirundung masalah. Tapi itu Cuma tinggal kenangan mendalam dan Derasnya aliran sungai seperti air mataku yang mengalir deras karena kesedihan yang begitu mendalam.
“hai Rory, sampai kapan kamu sedih begitu?”
Suara yang terdengar dari kejauhan, membuat aku tersadar dari kesedihan. Aku melihat di belakangku tampak seorang wanita muda sedang menatapku. Reflek aku menghapus air mata yang membasahi pipiku dengan baju yang aku pakai.
“maaf kak. aku enggak... Cuma mataku saja yang kelilipan karna debu” ujarku sambil tersenyum.
“jangan bohong. Aku sudah melihatnya” jawab wanita tersebut sambil duduk di sebelahku.
Wanita ini adalah kakak sahabatku yang seringku panggil kak Anna. Sama seperti Alfie aku sudah menganggap dia sebagai saudaraku sendiri.
“kamu masih memikirkan Alfie ya?” tanya kak Anna.
“iya, aku masih memikirkannya. Gimana ya, sulit untuk melupakannya karna dia sudah sudah seperti saudara sendiri” jawabku sambil melempar batu ke dalam air.
"Haa.. aku senang kamu memikirkannya tapi enggak perlu sebegitunya juga” jawab kak Anna sambil tersenyum.
Aku mengetahui kalau sebenarnya kak Anna lebih sedih dariku. Aku tau dari raut wajahnya, dia tampak memaksakan dirinya untuk menemui ku. Aku hanya bisa berkaca-kaca melihatnya seperti itu demi diriku dan merasa bahagia kalau dia peduli padaku.
“Rory, kamu ingat enggak kalau punya janji sama alfie?” tanya kak Anna.
Aku sempat terdiam dengan perkataan kak anna. Aku merasa bingung dengan apa yang dia padaku. Aku berpikir kalau aku tidak pernah membuat janji dengan siapapun sama halnya dengan sahabatku sendiri.
“emang aku pernah buat janji ya sama Alfie?” Tanya aku sambil menatap kak Anna.
“masa kamu enggak ingat. Padahal aku jadi saksinya pas kalian bikin janji itu” kak Anna menjawab sambil berdiri dari tempat duduknya sambil menatap langit yang sudah mulai berwarna jingga.
“Bukannya kalian pernah berjanji untuk mencari jati diri dan menggapai hal yang berbeda dengan melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia” sambung kak Anna.
Aku terdiam dengan perkataan kak Anna. Aku sontak mengingat janji itu, janji yang kami ucapkan lima tahun yang lalu. Kami berjanji untuk melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia dan ingin menjadi traveler untuk melihat berbagai hal dan menemukan hal baru yang bisa kami ambil dari perjalanan ini. Awal mula dari janji yang aku buat dengan Alfie karena, ada suatu kejadian yang membekas dalam hatiku dan Alfie setelah kami di cap sebagai anak yang tidak mempunyai masa oleh seseorang yang kami kenal. Sontak perkataan tersebut membuat kami kesal. Dan kami ingin membuktikannya kepada orang itu, kalau perkataannya salah. Dan kami berjanji melakukan perjalanan demi jati diri.
“aku berharap padamu Rory, untuk menjadikan janji itu menjadi nyata” kak Anna berkata sambil menatap wajahku dengan mata penuh harap.
“Sudahlah kak, percuma aja. Lagian Alfie pun enggak ada. Jadinya enggak perlu juga janji itu di teruskan” jawab aku sambil memalingkan wajahku dari kak Anna.
“Rory!” kak anna memegang pundakku dan menampar wajahku.
Sontak hal itu membuatku terdiam sambil menatap kak Anna. Aku melihat kak Anna mulai menangis dengan wajah yang sangat sedih. Melihat hal itu aku langsung tersadar dengan keadaan disekitarku selama ini.
“Rory, aku sangat berharap kamu menepati janji kalian berdua. Mungkin dengan itu akan membuat Alfie bahagia di sana. Aku tidak berharap lebih kepadamu, tapi aku Cuma ingin kamu melupakan kesedihan yang kamu rasakan dengan melakukan perjalanan” ujar kak Anna sambil berharap kepadaku.
Melihat kak Anna yang memikirkanku sampai sejauh ini dengan menahan sedihnya selama ini membuatku bahagia. Mungkin aku orang yang beruntung di dunia ini ternyata masih ada yang orang yang peduli padaku. Aku tersenyum dan menatap kak Anna.
“Kak, mungkin aku akan lama dalam perjalanan ini. Tapi aku akan selalu mengirim surat untuk mengabari kamu kak dan menceritakan bagaimana perjalananku. Jadi tidak usah selalu bersedih. Aku akan mentapi janji itu!”. Aku menjawab perkataan kak sambil menatap langit senja.
“Terimakasih Rory”
.
.
Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk melakukan perjalanan. Aku mengemasi baju dan barang-barang yang aku perlukan selama perjalanan sambil meminta izin kepada orang tuaku.
“Ibu, ayah aku mau minta izin dan doanya untuk perjalananku” sambil aku menyalami dan memeluk kedua orang tuaku.
“Rory, kamu yakin dengan perjalanan ini?” ibuku bertanya sambil mengusap punggung. Ibu merasa khawatir dengan perjalanan yang aku rasakan. Ya, aku paham dengan perasaan ibu, orang tua mana yang tidak khawatir dengan anaknya, apalagi melakukan perjalanan yang selesainya tidak diketahui.
“Enggak usah khawatir bu. Diakan udah besar, jadinya bisa menjaga dirinya sendiri” ujar ayahku yang meyakinkan ibuku. Aku yakin ayah akan berkata begitu, karena ayah selalu menyemangati ku dan selalu mendukung apa yang aku lakukan.
“kalau ayah berkata begitu, ya sudah. Tapi ingat, Rory kamu jangan lupa mengabari kami selama perjalan. Dan yang paling penting jangan lupakan ibadah!”. Ibuku memelukku dengan erat sambil menangis.
Melihat ibuku begitu, aku memeluknya dengan erat dengan senyum bahagia. Aku merasa beruntung punya orang tua yang menyayangiku.
“Rory, ayah harap kamu dapat mencapai tujuanmu dan jangan lupa mengenal lebih banyak orang. Karena, dengan hal itu kamu pasti akan mendapatkan kesan dan pengalaman yang berharga untuk membuktikan kalau kamu itu orang yang berguna dimasa depan. Ayah mendoakan kamu berubah dan menjadi lebih baik setelah perjalanan ini” ayah memulku dengan sambil tertawa setelah berkat seperti itu kepadaku.
Aku hanya bisa tersenyum setelah ayah berkata seperti itu. Setelah meminta izin kepada orang tuaku, tepat sebelum berangkat, aku mengunjungi makam Alfie dan ingin menyampaikan kepada Alfie, bahwa aku akan melakukan perjalanan untuk menepati janji Alfie. Sesampai dimakan aku melihat kak anna berdiri di sebelah makam Alfie.
“Alfie. kamu tau enggak, aku merasa bahagia sekarang. Aku bahagia karena Rory mau menepati janji kalian berdua. Aku enggak sabar untuk mendengar ceritanya selama perjalanan ini. Jadi Alfie, kamu juga bahagia disana”.
Aku mendengar kak anna berbicara di makam Alfie. Sontak mendengar kata-kata yang disampaikan kak anna membuatku bahagia dan juga sedih. Aku sedih karena akan meninggalkan kak Anna dalam kesendirian, tapi aku yakin kalau kak anna adalah wanita yang kuat.
“hai kak” aku menyapa kak anna. Kak Anna pun kaget ketika melihat ku ada disebelahnya.
“lah Rory, kamu belum berangkat yak?” kak Anna bertanya sambil menatapku heran.
“belum kak. Aku akan berangkat setelah mengunjungi makam Alfie”. Aku menjawab sambil jongkok memandangi batu nisan Alfie.
Aku merasakan kekosongan setelah menatap makam sahabatku ini. Bagaimana tidak, baru beberapa hari yang lalu kami tertawa bersama tapi sekarang Cuma kenangan yang terukir dalam perasaanku.
“hai Rory, enggak sedih lagi. Sana berangkat lagi. Kalau kamu lama-lama disini nanti malah nangis terus enggak jadinya berangkat hahaha”. Kak Anna menepuk pundakku. Diameyakinkanku sambim tersenyum. Melihat hal itu aku kembali tersadar dan mulai menyampaikan perasaanku kepada Alfie.
“Hai Alfie. Aku Cuma bisa mendoakanmu disini dan aku akan menepati janji yang kita buat. Jadi tenang lah disana. Selamat tinggal Alfie”
Setelah, aku menyampaikan salam perpisahanku dengan Alfie. Aku berdiri dan mengucapkan salam perpisahan dengan kak Anna.
“Kak, aku tau kamu masih sedih. Tapi aku tidak bisa menemanimu di kala kesedihanmu. Jadi aku berharap kamu melupakan kesedihan itu dan mendoakan perjalananku. Jadi sampai ketemu lagi”.
Aku mengucapkan perpisahan dengan kak anna sambil tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. Aku tau ini sedih, tapi kesedihan itu tidak boleh terlalu lama. Aku pun beranjak meninggalkan kak Anna dan makan Rory. Sesaat aku mau pergi, kak Anna tiba-tiba memelukku dari belakang sambil menangis. Sontak aku tidak kuat melihat kak anna menangis dan aku pun menatap langit.
“Rory. Aku tau kamu juga masih sedih. Tapi aku berharap menemukan kebahagiaanmu diluar sana. Jadi hati-hatilah dalam perjalananmu. Dan gapailah mimpimu dan kembali ketika kamu sudah tau jati dirimu. Jadi bersenang senanglah” perlahan kak anna melepaskan pelukannya.
Aku pun kembali berjalan sambil meninggalkan kak Anna. Aku tau kalau kak anna masih menangis tetapi aku berbalik. Aku tau kalau aku berbalik Cuma akan membuatku kembali sedih. Aku Cuma bisa berharap dalam hati, kalau kak Anna akan bahagia kembali.
“Selamat tinggal kak”.
.
.
Sesudah dari makam Alfie. Aku berjalan menuju jalan raya. Aku memulai perjalanan dari kampungku yang terletak di kabupaten pasaman, sumatera barat. Aku melakukan perjalanan dengan cara menjadi backpacker. Jadi ya, aku menumpang dengan nebeng dengan orang yang aku temui dijalan walaupun aku belum pernah mencobanya. Aku berdiri di tepi jalan sambil mengangkat sebuah kertas yang bertuliskan “Boleh ikut nebeng enggak”. Sesaat setelah berdiri di tepi jalan raya, tiba-tiba mobil truk berhenti 10 meter dari jarak aku berdiri. Sontak aku berlari mengejar mobil tersebut.
“Boleh nebeng sampai jambi bang?” aku bertanya sambil sopirnya membuka kaca mobilnya.
“boleh dek. Masukkan aja, lagian saya juga sendiri. Sekalian ada teman selama perjalanan” jawab sopirnya sambil tertawa.
Dan aku pun langsung mobilnya. Dan meletakkan tasku di dekat kakiku.
“Perkenalkan bang. Nama saya Rory” aku memperkenalkan diri sambil bersalaman.
“oo dek Rory ya. Perkenalkan nama abang Tony” bang Tony menjawab dengan ramah padaku.
“Kalau boleh tau, Rory mau ngapain ya ke Jambi. Saya liat kayak backpacker gitu, jarang saya ngeliat anak seperti itu sekarang” sambungnya sambil membawa mobil secara perlahan.
“hahaha saya baru pertama kali juga jadi backpacker bang, bisa di bilang amatiranlah. Ya, tujuan saya jadi backpacker ini, ingin melihat keadaan diluar dan mendapatkan pengalaman selama perjalanan yang saya lakukan” aku menjawab sambil menatap kedepan memandangi jalan di dalam mobil.
“Wah.. mantap juga tujuan kamu tuh, bagus-bagus. Mana tau kamu dapat pengalaman yang bagus selama perjalanan itu” ujar bang Tony.
“iya bang” jawab aku singkat pada bang Tony. Selama perjalanan aku bercerita bersama bang Tony.
Bang Tony bercerita mengenai dia masa muda sampai pengalaman pahitnya menjadi sopir. Dari cerita bang Tony, aku mengetahui dia sudah menjadi sopir selama 15 tahun. Aku merasa terkagum sama bang Tony, karena dia tampak bahagia selama perjalanan. Sesampai perjalanan kami di daerah Sijunjung. Mobil kami mengalami pecah ban di tengah hutan. Waktu pecah bannya pada malam hari tepatnya jam 23.00. bang Tony pun memberhentikan mobilnya dan menepikannya agar tidak menggangu pengguna jalan lain. Aku pun keluar mobil sambil melihat keadaan mobilnya. Bang Tony langsung mengambil peralatan untuk membongkar ban yang bocor dengan ban cadangan.
“bang, kalau jadi sopir truk gini. Sering ada kejadian kayak gini enggak?”. Aku bertanya sambil membantu bang Tony.
“masalah kayak gini sering dijumpai kalau bawa truk Rory, apakah truk muatan besar kayak gini” jawab bang Tony sambil membuka ban mobil yang pecah.
Aku dengan sigap memasang ganjalan pada bannya. Dan membantu memasang ban cadangannya. Aku terkagum melihat bang Tony yang berkerja sangat cepat. Tampaknya dia sudah terbiasa dengan masalah seperti ini.
“biasanya saya sendiri yang ngurus kalau ada masalah kayak gini. Tapi untungnya ada kamu Rory, jadinya cepat selesainya. Dan aku perhatikan kamu lumayan mahir juga bongkar mobil ya hahahahah” bang Tony bertanya dengan mengemasi peralatan.
“tau dikit-dikit bang” jawabku sambil membantu bang Tony.
Setelah selesai memperbaiki ban mobil dan mengemasi peralatan, kami melanjutkan perjalanan menuju jambi. Selama perjalanan aku dari kampungku menuju jambi, aku banyak melihat hal-hal yang belum ketahui seperti merasakan membongkar ban mobil ditengah hutan dan malam hari. Aku menganggap ini sebagai perjalanan yang berharga. Aku bersyukur kalau melakukan perjalanan ini tidaklah sia-sia.
Beberapa jam kemudian. Akhirnya kami tiba di provinsi Jambi tepatnya di daerah Sarolangun. Sesaat setelah tiba di Sarolangun, aku meminta bang Tony untuk menurunkan aku di sini. Bang Tony memberhentikan mobilnya di pom bensin.
“apa kamu yakin sampai disini saja, padahal aku bisa saja memberi tumpangan sampai Jakarta" tanya bang Tony.
“Gapapa bang, terimakasih buat tumpangannya. Saya di sini saja” jawabku
“okelah kalau begitu semoga kamu mencapai tujuanmu dan semoga kita berjumpa lagi di lain waktu”. Ucap bang tony sambil menjulurkan tangannya.
“Terimakasih bang”
.
.
Setelah berpisah dengan bang Tony, aku melanjutkan perjalananku dengan berjalan kaki. Aku ingin mencari sebuah masjid untuk istirahat dan akan menginap selama satu atau dua hari. Aku melihat-lihat keadaan sekitar. Jalan terasa sepi karena waktu masih jam 3 pagi. Aku terus berjalan sampai dimana aku bertemu seseorang. Aku bertemu andy, ia pemilik toko dimana aku berhenti untuk membeli air mineral. Tampaknya dia lebih muda dariku.
“abang darimana?, pagi-pagi gini jalan kaki seorang diri” tanya Andy sambil mengembalikan uang belanjaanku.
“Aku rencana mau jalan-jalan gitu, ya backpacker namanya yang biasa orang kenal” jawabku.
“Wiih enak juga tuh bang, seru juga tuh hobi abang. Habis ini abang mau kemana lagi?” sambungnya.
“rencana mau nyari masjid buat istirahat dulu, rencana mau istirahat selama 1 atau 2 hari gitu sebelum berangkat lagi” jawabku sambil minum air mineral yang aku beli.
“wah, kebetulan aja nih bang, di toko saya ada tempat istirahat gitu. Ada kasur juga. Kalau abang mau, abang bisa nginap disini” Andy menawarkan tempat istirahat untukku.
Aku ragu mau menerima ajakan andy, soalnya aku enggak merepotkan selama perjalanan.
“Enggak usah, aku nginap di masjid aja. Aku Cuma bentar kok sebelum melanjutkan perjalanan” aku menjawab dengan perasaan segan.
“Gapapa bang, aku sekalian mau cerita-cerita dengan. Lagian tempat ini enggak ada yang huni gitu. Sekalian kan abang bisa jaga toko buat 2 hari hehehe” Andy berbicara dengan tampang polos.
Akhirnya setelah memikirkan dengan waktu yang lama, aku akhirnya mengiyakan ajakan andy. Dan akhirnya aku beristirahat di toko andy. Aku merasa hidup kembali setelah bisa merasakan kasur setelah perjalanan panjang naik mobil. Aku merasa bahagia sekali bertemu orang baik dalam perjalananku.
“Oke bang, aku tinggal dulu bang” ujar andy sambil menutup kedai.
“Oke Andy” balasku sambil meletakkan tasku
Awalnya aku merasakan nyaman dengan perlakuan baik andy padaku. Siapa pula yang tidak bahagia dipedulikan saat ada perjalanan kayak gini. Apa lagi aku yang seorang backpacker yang cuma bermodalkan tas saja. Tapi sampai seketika aku tersadar, ada yang aneh dari gelagat Andy. saat sore hari saat aku menumpang mandi di tokonya. Saat aku masuk ke kamar tempat aku beristirahat. Aku melihat andy masuk dalam kamar istirahat yang aku tempati. Aku awalnya tidak mempunyai pikiran negatif karena dia punya yang toko. Tapi sesaat hati terakhir aku menginap, aku merasakan ada yang janggal dengan tasku. Aku merasa tas terbuka dan dugaanku ternyata benar. Ada hilang yaitu pisau pemberian Alfie yang ku simpan dari menjadi kenangan. Barang itu sangat berharga bagiku. Pisau itu diberikan Alfie padaku setelah dia membuatnya dengan ukiran di gagang kayu yang langka. Aku sempat berpikir dari mana pula ada yang tau tentang pisau, karna pisau itu aku simpan baik di dalam tas. Aku sempat terdiam sebentar sambil memikirkan pisau itu. Sampai dimana aku teringat dimana aku mengeluarkan pisau itu saat mengeluarkan barang-barang di tas itu. Andy sempat kalau pisau itu sangat bagus.
Setelah aku memeriksa tas, aku berniat keluar kamar untuk bertanya pada. Saat aku melihat di toko dia sedang tidak ada. Aku pun mencarinya keluar dari toko. Saat aku keluar toko aku melihat dia memegang pisau itu yang dia berikan pada seseorang yang lagi duduk di atas motor. Sontak aku mendekat secara perlahan. Dan aku memegang pundak Andy. Seketika Andy kaget dengan keberadaan ku dan seseorang yang membawa motor itu langsung kabur setalah melihatku. Aku pun merangkul pundak Andy dan membawanya ke dalam toko. Dan aku pun bertanya pada Andy.
“Andy, dari mana kamu dapat pisau itu?”
“oh ini bang, ini punya pamanku bang. Mau aku kasih ke dia lagi” jawabnya sambil memalingkan wajahnya.
“aku tau kok kamu bohong, tapi aku enggak marah. Aku tau kamu sebenarnya baik, sudah memberikan aku tumpangan buat aku tidur tapi aku kecewa aja liat kamu kayak gitu” balasku dengan nada yang kecewa setelah melihat dia melakukan itu.
“Maaf bang. Baiklah aku jujur. Ini pisau milik Abang. Saat itu aku ngelihat pisau abang. Aku merasa kalau pisau itu pasti mahal di jual. Dan aku jujur lagi. Aku sebenarnya dari udah sudah punya niat lain sama abang. Melihat abang yang sendirian terus kayaknya abang bisa dimanfaatin gitu dan pas aja kemaren aku ngeliat pisau abang apalagi aku lagi butuh uang” jawab anda sambil menangis sesenggukan mengakui kejahatan yang di perbuat.
“Aku hanya kecewa aja pada kamu Andy. Kalau kamu baik-baik pasti akan aku bantu seadanya. Tapi melihat kamu begini aku jadi kecewa sama kamu. Apalagi barang yang kamu ambil itu sangat berharga bagiku.” aku cuma bisa menghela nafas melihat kejadian ini, aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Dari pada memperpanjang masalah lebih baik aku maafkan, toh dia sudah bantu aku ngasih tumpangan buat tidur.
“haaa.. baiklah kamu, aku maafkan. Aku akan mengambi pisau itu lagi. Ini ada sedikit uang buat biaya sewa selama tinggal disini. Mungkin aku akan melanjutkan perjalananku. Jadi terimakasih atas kepeduliannya selama 2 hari ini” sambungku sambil mengambil Pisau itu dari tangan Andy, dan aku pun mengambil tas untuk melanjutkan perjalananku.
“terimakasih bang, terus aku minta maaf sebesar-besarnya pada abang” ucap Andy sambil meminta maaf atas apa perbuatannya.
Aku hanya pergi saat dia mengucapkan itu. Aku amat kecewa dengan kejahatannya diperbuatnya padaku. Aku Cuma terus berjalan meninggalkan tokonya. Aku hanya bisa menghela nafas dalam-dalam dan berpikir kalau perjalanan ini tidak akan mudah pasti ada rintangan di depannya. Tapi dari kejadian ini aku merasa bersalah juga karena terlalu percaya sama seseorang. Mungkin untuk kedepannya aku akan lebih berhati-hati lagi. Setelah masalah itu selesai aku melanjutkan perjalananku untuk mencari jati diri dan pengalaman untuk membuktikan perkataan seseorang yang aku kenal pasti salah. This is my journey.
To be continued










Komentar
Posting Komentar